Info!!! Inilah Penampakan SSV Philippines Navy Buatan Indonesia


PT PAL Indonesia (Persero) hari ini akan meluncurkan (launching) 2 jenis kapal perang, salah satunya kapal perang Kapal Strategic Sealift Vessel (SSV) pesanan militer Filipina. Pada peluncuran kali ini, pekerjaan fisik kapal telah selesai 85%. Selanjutnya kapal akan menjalani tahap penyelesaian akhir berupa finishing hingga pengujian di atas laut.

"Hari ini launching SSV, baru kemudian dilakukan finishing dan menjalani serangkaian function test kemudian dilanjutkan sea trial," kata Direktur Utama PAL, Firmansyah Arifin, kepada detikFinance, Senin (18/1/2016).

Setelah lolos serangkaian tes, selanjutnya PAL akan mengirimkan kapal perang SSV ke-1 buatan putra-putri Indonesia ini kepada militer Filipina pada Mei 2016. "Delivery by contract akhir Mei 2016," jelasnya.

Untuk pembangunan kapal perang yang bisa membawa 500 personil dan 121 kru kapal ini, PAL membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Proses pekerjaan dilakukan pada galangan kapal milik PAL di Surabaya.

Selain meluncurkan wujud SSV ke-1, PAL saat bersamaan juga akan melakukan peletakan lunas (keel laying) untuk SSV ke-2. Prosesi peletakan lunas merupakan awal dari konstruksi kapal, yang biasanya diawali dengan pembuatan rangka lunas kapal. PAL sendiri memperoleh pesananan 2 unit kapal SSV dari militer Filipina.

"SSV yang kedua delivery (dikirim) di tahun 2017," tambahnya.

Dari gambar yang diperoleh detikFinance, kapal perang SSV sedang dicat dengan warna abu-abu. Di badan SSV tertulis nomor kapal 601. dan nantinya akan tertempel tulisan "SSV Philippines Navy".

Kapal ini terlihat sangat besar dan perkasa karena memiliki panjang 123 meter dan lebar 21,8 meter. Saat berlayar, SSV mampu bertahan selama 30 hari dengan kecepatan maksimum 16 knots.




SSV merupakan kapal hasil pengembangan insinyur PAL. Kapal ini mengandung komponen lokal hampir 30%, sisanya komponen dipasok dari luar negeri karena komponen tak tersedia di pasar lokal.

"Kira-kira hampir 30%. Kalau impor itu seperti main engine dan peralatan navigasi karena industri Indonesia belum punya," sebutnya.