Bukan kali ini saja semenanjung Korea bergolak. Di masa lalu, perebutan kekuasaan juga sudah terjadi antara kerajaan-kerajaan di sana, antara lain Goguryeo, Silla, dan Baekje. Namun setelah dipersatukan selama satu milenium, di penghujung milenium ke-2 mereka kembali terpecah 2 menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
Belakangan ini kabar mengenai meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea antara Korea Utara dan Selatan makin merebak seiring dengan pencabutan secara sepihak gencatan senjata (armistice) oleh Korea Utara melalui Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Kim Jong-Un. Ya, sejak 60 tahun-an yang lalu, kedua pihak belum berhasil untuk bersatu kembali seperti sebelumnya. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan bagi rakyat kedua negara, mengingat mereka sebenarnya adalah saudara sebangsa dan setanah air. Sebenarnya, siapakah penyebab terpecahnya bangsa Korea menjadi dua negara?
1. Pasukan Sekutu?
Setelah berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang di Pasifik, negara-negara jajahan Jepang sebagian langsung memerdekakan diri (contohnya Indonesia), dan sebagian masih berada dalam administrasi pasukan sekutu sebelum memproklamasikan kemerdekaannya, contohnya Korea. Di semenanjung Korea, ada 2 kekuatan besar pasukan sekutu yang bercokol, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US), yang secara ideologi sangat bertolak belakang. Alasan mereka berada di Korea adalah untuk mengawasi transisi pengalihan kekuasaan kepada bangsa Korea, juga untuk mengawasi Jepang yang terletak dekat dengan Korea. Namun alasan lain kenapa AS datang ke sana adalah karena mereka khawatir Uni Soviet akan menduduki Korea pasca perang. Walhasil, Korea pun sementara dibagi dua sampai terbentuknya pemerintahan Korea yang mandiri. Bagian utara disokong oleh US, dan bagian selatan oleh AS. Disepakati garis batasnya berada sejajar 38 derajat lintang utara, membagi Korea menjadi 2 yang hampir sama luas. Garis ini dikenal juga sebagai 38th parallel. Secara kasat mata, inilah awal dari terpecahnya bangsa Korea.
2. Korea Utara?
Kekuatan politik di Korea praktis terbagi dua sama kuat pasca Perang Dunia II, yaitu golongan liberal yang disokong AS (berbasis di Selatan), dan golongan komunis yang didukung US (berbasis di Utara). Kedua kelompok saling berebut pengaruh di seluruh Korea, bahkan sampai menimbulkan konflik fisik di antara pengikutnya. Hasil pemilu 1948 memilih Syngman Rhee yang pro-AS sebagai presiden. Ia pun menerima estafet kepemimpinan, pasukan AS pun pergi dari Korea. Namun kemudian golongan komunis yang tidak puas, mendirikan pemerintahan komunis yang berbasis di Utara, dengan Kim Il-Sung sebagai Perdana Menteri. Kemudian pada tahun 1950, setelah didahului oleh berbagai konflik kecil, pasukan komunis Utara menyerang ke Selatan, berusaha untuk mengabil alih pemerintahan Korea, dan perang Korea pun dimulai hingga yang sekarang masih berlangsung tanpa ada kesepakatan damai (hanya gencatan senjata).
3. Korea Selatan?
Bagi golongan komunis (dan didukung penuh Soviet), hasil pemilu tidak bisa diterima karena menurut mereka tidak diselenggarakan dengan adil dan masih dalam pengaruh intevensi AS dan PBB. Soviet pun berulangkali memboikot keputusan PBB yang berkaitan dengan pemilu tersebut. Korea Utara menyalahkan pihak Selatan dan AS sebagai sumber masalah. Sampai saat ini pun mereka mengajukan syarat bahwa AS harus angkat kaki dari Korea bila perdamaian ingin terwujud.
4. Jepang?
Menariknya, kebanyakan penduduk Korea menyalahkan penjajahan Jepang atas terpecahnya Korea. Ya, sebelum Jepang datang menjajah Korea di awal abad ke-20, Korea adalah satu negara utuh. Setelah Jepang pergi pasca kekalahan dalam PD II, mereka meninggalkan carut marut yang berujung pada terpecahnya Korea. Secara tidak langsung, Jepang berperan dalam kisruhnya semenanjung Korea. Hal ini ditambah lagi dengan sakit hati bangsa Korea atas kejahatan perang Jepang selama periode pendudukan (1910-1945), keengganan Jepang untuk membuat permohonan maaf formal, serta sejumlah konflik perbatasan.
Itulah sekelumit asal muasal terpecahnya bangsa Korea menjadi dua, yang sayangnya masih berlangsung sampai saat ini. Rakyat Korea sebenarnya sudah merindukan perdamaian dan unifikasi. Namun sayang, tampaknya pemimpin kedua pihak yang berseberangan masih ‘memilih’ untuk berseteru. Mari kita doakan supaya perdamaian di semenanjung Korea bisa segera terwujud. Bila perdamaian sudah terwujud dan perang resmi diakhiri, sesungguhnya pemenang perang adalah seluruh bangsa Korea.
Belakangan ini kabar mengenai meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea antara Korea Utara dan Selatan makin merebak seiring dengan pencabutan secara sepihak gencatan senjata (armistice) oleh Korea Utara melalui Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Kim Jong-Un. Ya, sejak 60 tahun-an yang lalu, kedua pihak belum berhasil untuk bersatu kembali seperti sebelumnya. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan bagi rakyat kedua negara, mengingat mereka sebenarnya adalah saudara sebangsa dan setanah air. Sebenarnya, siapakah penyebab terpecahnya bangsa Korea menjadi dua negara?
1. Pasukan Sekutu?
Setelah berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan kekalahan Jepang di Pasifik, negara-negara jajahan Jepang sebagian langsung memerdekakan diri (contohnya Indonesia), dan sebagian masih berada dalam administrasi pasukan sekutu sebelum memproklamasikan kemerdekaannya, contohnya Korea. Di semenanjung Korea, ada 2 kekuatan besar pasukan sekutu yang bercokol, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US), yang secara ideologi sangat bertolak belakang. Alasan mereka berada di Korea adalah untuk mengawasi transisi pengalihan kekuasaan kepada bangsa Korea, juga untuk mengawasi Jepang yang terletak dekat dengan Korea. Namun alasan lain kenapa AS datang ke sana adalah karena mereka khawatir Uni Soviet akan menduduki Korea pasca perang. Walhasil, Korea pun sementara dibagi dua sampai terbentuknya pemerintahan Korea yang mandiri. Bagian utara disokong oleh US, dan bagian selatan oleh AS. Disepakati garis batasnya berada sejajar 38 derajat lintang utara, membagi Korea menjadi 2 yang hampir sama luas. Garis ini dikenal juga sebagai 38th parallel. Secara kasat mata, inilah awal dari terpecahnya bangsa Korea.
2. Korea Utara?
Kekuatan politik di Korea praktis terbagi dua sama kuat pasca Perang Dunia II, yaitu golongan liberal yang disokong AS (berbasis di Selatan), dan golongan komunis yang didukung US (berbasis di Utara). Kedua kelompok saling berebut pengaruh di seluruh Korea, bahkan sampai menimbulkan konflik fisik di antara pengikutnya. Hasil pemilu 1948 memilih Syngman Rhee yang pro-AS sebagai presiden. Ia pun menerima estafet kepemimpinan, pasukan AS pun pergi dari Korea. Namun kemudian golongan komunis yang tidak puas, mendirikan pemerintahan komunis yang berbasis di Utara, dengan Kim Il-Sung sebagai Perdana Menteri. Kemudian pada tahun 1950, setelah didahului oleh berbagai konflik kecil, pasukan komunis Utara menyerang ke Selatan, berusaha untuk mengabil alih pemerintahan Korea, dan perang Korea pun dimulai hingga yang sekarang masih berlangsung tanpa ada kesepakatan damai (hanya gencatan senjata).
3. Korea Selatan?
Bagi golongan komunis (dan didukung penuh Soviet), hasil pemilu tidak bisa diterima karena menurut mereka tidak diselenggarakan dengan adil dan masih dalam pengaruh intevensi AS dan PBB. Soviet pun berulangkali memboikot keputusan PBB yang berkaitan dengan pemilu tersebut. Korea Utara menyalahkan pihak Selatan dan AS sebagai sumber masalah. Sampai saat ini pun mereka mengajukan syarat bahwa AS harus angkat kaki dari Korea bila perdamaian ingin terwujud.
4. Jepang?
Menariknya, kebanyakan penduduk Korea menyalahkan penjajahan Jepang atas terpecahnya Korea. Ya, sebelum Jepang datang menjajah Korea di awal abad ke-20, Korea adalah satu negara utuh. Setelah Jepang pergi pasca kekalahan dalam PD II, mereka meninggalkan carut marut yang berujung pada terpecahnya Korea. Secara tidak langsung, Jepang berperan dalam kisruhnya semenanjung Korea. Hal ini ditambah lagi dengan sakit hati bangsa Korea atas kejahatan perang Jepang selama periode pendudukan (1910-1945), keengganan Jepang untuk membuat permohonan maaf formal, serta sejumlah konflik perbatasan.
Itulah sekelumit asal muasal terpecahnya bangsa Korea menjadi dua, yang sayangnya masih berlangsung sampai saat ini. Rakyat Korea sebenarnya sudah merindukan perdamaian dan unifikasi. Namun sayang, tampaknya pemimpin kedua pihak yang berseberangan masih ‘memilih’ untuk berseteru. Mari kita doakan supaya perdamaian di semenanjung Korea bisa segera terwujud. Bila perdamaian sudah terwujud dan perang resmi diakhiri, sesungguhnya pemenang perang adalah seluruh bangsa Korea.