Ini taktik perang Vietnam yang bikin tentara AS & Prancis mundur

Ini taktik perang Vietnam yang bikin tentara AS & Prancis mundur


Kedatangan Prancis untuk kembali menduduki Vietnam mendapatkan perlawanan keras dari rakyat Vietnam, terutama Ho Chi Minh. Mereka tidak mau negeri yang pernah ikut berjuang melawan balatentara Jepang harus tunduk terhadap kekuatan dari negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) sekalipun.

Namun demikian, kekuatan militer dilengkapi teknologi canggih yang dibawa pasukan Prancis dan AS ke Vietnam memberikan kesulitan untuk memukul mundur mereka. Perlu taktik dan strategi sepadan agar bisa mengatasi sekaligus menekan kekuatan musuh.

Pemimpin Vietnam Utara, Ho Chi Minh yang kelak didaulat sebagai presiden pertama Vietnam ini percaya, taktik perang gerilya adalah jalan keluarnya. Kekuatan taktik ini bertambah hebat di bawah kepemimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap.
Di bawah kendali Giap, pasukan Vietnam Utara alias Vietcong mampu menyusup ke garis belakang dan membuat musuh-musuh mereka dibuat kebingungan hingga kocar-kacir. Lewat taktik ini pula, para prajurit Prancis maupun AS harus waspada selama 24 jam nonstop hingga kurang tidur.

Pada umumnya, taktik perang gerilya hanya menggunakan kelompok kecil pasukan serta dilakukan secara berulang. Namun, taktik ini sangat membutuhkan dukungan rakyat di sekitar daerah operasi, tanpa itu, maka strategi ini dipastikan akan sia-sia.

Inilah beberapa taktik perang gerilya yang dilakoni Vietnam dalam menghadapi pasukan AS dan Prancis:

1. Gelombang manusia

Taktik tempur 'gelombang manusia' ini kerap dipakai tentara China setiap terlibat dalam sebuah peperangan. Taktik ini diperlihatkan saat berlangsungnya Perang Korea, di mana sejumlah besar pasukan dikerahkan untuk melumpuhkan pertahanan musuh.
Sebelum dipakai China, taktik ini pernah digunakan tentara India saat merebut kembali Kargil. Namun, penggunaan taktik ini membuat banyak korban berjatuhan dari pihak penyerang. Kondisi ini berlangsung saat serangan terjadi Kompi Fox dan Marinir Ketujuh AS di Celah Toktong saat berupaya mundur dari Yudam-ni pada 1953.

Dalam pertempuran itu, korban terbesar dialami pasukan China di mana 2 ribu tentaranya tewas, sedangkan dari pihak AS hanya 200 orang saja. Alhasil, taktik ini hanya bisa dijalankan jika seorang pemimpin memiliki banyak pengikut.

Strategi inilah yang digunakan oleh Giap dalam pertempuran pertamanya melawan Prancis di Dien Bien Phu. Dia mengerahkan ribuan pasukannya untuk menyerbu satu per satu posisi lawannya. Meski sukses, namun pasukan Viet Minh (kelak menjadi Vietcong) banyak berjatuhan terkena peluru dan hujan artileri dari lawan.

Selain gelombang manusia, Vietcong masih memiliki beberapa taktik perang lainnya.

2. Terowongan Cu Chi

Inilah salah satu taktik yang paling terkenal dan kerap kali membuat pasukan AS kelimpungan saat disergap Vietcom di tengah hutan. Tentara Vietcong membangun terowongan bawah tanah, di mana di dalamnya bisa dipakai sebagai ruang perawatan, istirahat personel hingga penyimpanan senjata.

Terowongan ini digunakan oleh pasukan gerilya Vietcong untuk bersembunyi selama terjadinya kontak senjata. Bentuknya pun sangat rumit, namun fasilitasnya cukup lengkap seperti sebuah barak militer.
Alhasil, terowongan ini memiliki banyak keunggulan dan membuat tentara AS tak bisa menganggap remeh keberadaannya. Lewat taktik ini mula, AS bisa dipukul mundur karena posisi musuh yang tidak bisa ditebak serta berpindah-pindah.

Terowongan ini menawarkan mobilitas dan posisi bertahan yang cukup baik bagi Vietcong, mereka bisa dengan mudah membuat dan mengontrol lokasi pertempuran sekaligus memberikan bantuan pasukan secara cepat.

3. Jejak Ho Chi Minh

Jejak Ho Chi Minh atau Ho Chi Minh Trail merupakan salah satu strategi Vietnam dalam membangun jalur suplai bagi pasukannya yang berada di garis depan. Untuk melakukannya, tentara Vietcong sampai menyeberangi wilayah perbatasan Laos dan Kamboja untuk dapat masuk ke Vietnam Selatan.

Vietcong sendiri menyebut jalur ini dengan nama Truong Son Trail. Tersematnya nama Ho Chi Minh diberikan AS untuk menyindir presiden pertama Vietnam tersebut.
Di awal 1959, pengiriman suplai dan pasukan dilakukan dengan menggunakan sepeda. Ketika Vietcong makin meningkatkan intensitas serangan mereka terhadap tentara AS dan Vietnam Selatan, kendaraan diganti dengan konvoi truk yang dengan mudah terdeteksi oleh pesawat intai AS.

Keberadaan jalur ini baru terendus AS di tahun 1961, berbagai upaya dilakukan untuk menghancurkan suplai dan pergerakan pasukan Vietcong untuk masuk ke Vietnam Selatan. Di tahun yang sama, AS mulai melancarkan serangan udara dengan membombardir jalur tersebut. Setelah dinilai tak efektif, tindakan pencegahan dilakukan melalui serangan darat.

Namun, segala upaya yang dilakukan pasukan AS tak mampu menghentikan serangan Vietcong di Vietnam Selatan. Bahkan, Vietcong berhasil melancarkan serangan besar-besaran terakhir yang dikenal dengan nama Tet Offensive.

Itulah taktik perang gerilya Vietcong melawan kekuatan Prancis dan AS di negeri mereka. Lewat strategi ini, Vietnam memperoleh kemenangan gemilang hingga mampu memaksa kedua negara tersebut menandatangani perjanjian damai.